ACAK - Terletak di Kepulauan Yapen, Papua, Serui merupakan kota kecil yang hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk mengelilinginya. Berwisata ke Serui terasa sangat seru.
Jumlah hotel di kota yang banyak melahirkan tokoh Papua ini bisa dihitung dengan jari. Tak ada industri besar seperti di Timika, dan tak juga terlihat aktivitas perdagangan yang masif seperti Jayapura. Kota ini bergerak seperti detak jantung, ritmis dan konstan.
Untuk menuju ke pulau tersebut pelancong harus menggunakan dua alternatif, udara atau laut. Jika waktu Anda sedikit dan kocek cukup tebal, pilihan menggunakan transportasi udara adalah tepat. Terbang dari Bandara Frans Kaisiepo, Biak, menuju ke Serui membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan harga tiket Rp900 ribuan sekali jalan.
Pesawat kecil twin otter yang mengantar pelancong milik maskapai Susi Air hanya berkapasitas 12 orang. Jika bagasi terlalu berat, Anda bisa dimintai dua tiket. Memang pesawat jenis ini memperhitungkan bobot, bukan jumlah penumpang. Jadi jangan heran ketika petugas bandara menimbang barang bawaan, Anda pun diminta turut dalam timbangan.
Perjalanan menyeberang pulau ini menghadirkan pemandangan menarik. Pulau-pulau kecil bertebaran seperti puzzle. Di atas pesawat baling-baling itu, mata dimanjakan dengan campuran biru laut, putih pasir pantai, dan hijau pohon. Pemandangan paling menakjubkan adalah air laut yang terjebak di antara pulau. Serupa danau yang ditabur hijau cincau.
Jika punya waktu luang serta ingin menghemat uang, silakan menggunakan kapal laut. Harga tiketnya hanya Rp60 ribu, namun harus sabar menempuh perjalanan sekitar enam jam. Pelayarannya pun tak menentu. "Jadwalnya sih dua kali seminggu. Itu pun tak tentu kapan hari keberangkatannya," kata seorang ibu asal Makassar yang ditemui dalam perjalanan Serui menuju Biak.
Setiba di Serui, pemandangan laut lepas akan langsung terlihat jika Anda menggunakan kapal. Kalaupun Anda baru turun dari bandara, untuk mencapai bibir pantai hanya lima menit.
Uniknya, di Serui, tarif ojek serba Rp5 ribu. Ke mana pun Anda pergi, ojek siap mengantar dengan tarif flat. Tarif hotel juga bisa dijangkau kocek pas-pasan. Untuk makanan, jangan khawatir.
Bagi Anda yang asal Jawa atau Makassar, bahkan Padang, semua makanan khas daerah-daerah itu terhampar di Serui. Sate padang, mie bakso, pecel lele, dan bebek goreng amat mudah ditemui di sana.
Dan di Serui pula akan banyak ditemui keturunan Papua-Tionghoa. Warga sana kerap menjuluki 'perancis' atau akronim dari 'peranakan China-Serui'. Kulit sawo matang dan mata sipit dengan rambut sedikit bergelombang.
Bagi para pemburu sunrise dan sunset, Serui salah satu destinasi yang patut diburu. Cukup disiplin untuk bangun pagi, Anda bisa langsung mengejar sunrise dari pintu hotel.
Sambil menunggu senja tiba, ada baiknya menengok air terjun Ansija yang terletak di tengah hutan. Namun lagi-lagi tak perlu khawatir, jarak dari hotel ke air terjun juga tak jauh. Hanya Anda perlu sedikit tenaga untuk tiba di sana dengan jalan kaki menelusuri sungai sekitar 30 menit.
Itupun tak akan terasa karena udaranya sejuk dan air sungainya jernih. Walaupun hanya selemparan batu dari pantai, Serui menyimpan air tawar yang berlimpah dengan air terjun indah.
Perjalanan semakin tak terlupakan jika dalam perjalanan menuju air terjun, Anda bertemu petani yang membawa durian. Para perempuan biasanya membawa durian yang jatuh di hutan. Serui terkenal dengan kualitas durian nomor satu di Papua. Sebagian besar durian yang dijual di Biak, berasal dari Serui.
"Mau durian susu atau durian mentega," begitu seorang Mamak (sebutan perempuan paruh baya asal Papua) menawarkan.
Jumlah hotel di kota yang banyak melahirkan tokoh Papua ini bisa dihitung dengan jari. Tak ada industri besar seperti di Timika, dan tak juga terlihat aktivitas perdagangan yang masif seperti Jayapura. Kota ini bergerak seperti detak jantung, ritmis dan konstan.
Untuk menuju ke pulau tersebut pelancong harus menggunakan dua alternatif, udara atau laut. Jika waktu Anda sedikit dan kocek cukup tebal, pilihan menggunakan transportasi udara adalah tepat. Terbang dari Bandara Frans Kaisiepo, Biak, menuju ke Serui membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan harga tiket Rp900 ribuan sekali jalan.
Pesawat kecil twin otter yang mengantar pelancong milik maskapai Susi Air hanya berkapasitas 12 orang. Jika bagasi terlalu berat, Anda bisa dimintai dua tiket. Memang pesawat jenis ini memperhitungkan bobot, bukan jumlah penumpang. Jadi jangan heran ketika petugas bandara menimbang barang bawaan, Anda pun diminta turut dalam timbangan.
Perjalanan menyeberang pulau ini menghadirkan pemandangan menarik. Pulau-pulau kecil bertebaran seperti puzzle. Di atas pesawat baling-baling itu, mata dimanjakan dengan campuran biru laut, putih pasir pantai, dan hijau pohon. Pemandangan paling menakjubkan adalah air laut yang terjebak di antara pulau. Serupa danau yang ditabur hijau cincau.
Jika punya waktu luang serta ingin menghemat uang, silakan menggunakan kapal laut. Harga tiketnya hanya Rp60 ribu, namun harus sabar menempuh perjalanan sekitar enam jam. Pelayarannya pun tak menentu. "Jadwalnya sih dua kali seminggu. Itu pun tak tentu kapan hari keberangkatannya," kata seorang ibu asal Makassar yang ditemui dalam perjalanan Serui menuju Biak.
Setiba di Serui, pemandangan laut lepas akan langsung terlihat jika Anda menggunakan kapal. Kalaupun Anda baru turun dari bandara, untuk mencapai bibir pantai hanya lima menit.
Uniknya, di Serui, tarif ojek serba Rp5 ribu. Ke mana pun Anda pergi, ojek siap mengantar dengan tarif flat. Tarif hotel juga bisa dijangkau kocek pas-pasan. Untuk makanan, jangan khawatir.
Bagi Anda yang asal Jawa atau Makassar, bahkan Padang, semua makanan khas daerah-daerah itu terhampar di Serui. Sate padang, mie bakso, pecel lele, dan bebek goreng amat mudah ditemui di sana.
Dan di Serui pula akan banyak ditemui keturunan Papua-Tionghoa. Warga sana kerap menjuluki 'perancis' atau akronim dari 'peranakan China-Serui'. Kulit sawo matang dan mata sipit dengan rambut sedikit bergelombang.
Bagi para pemburu sunrise dan sunset, Serui salah satu destinasi yang patut diburu. Cukup disiplin untuk bangun pagi, Anda bisa langsung mengejar sunrise dari pintu hotel.
Sambil menunggu senja tiba, ada baiknya menengok air terjun Ansija yang terletak di tengah hutan. Namun lagi-lagi tak perlu khawatir, jarak dari hotel ke air terjun juga tak jauh. Hanya Anda perlu sedikit tenaga untuk tiba di sana dengan jalan kaki menelusuri sungai sekitar 30 menit.
Itupun tak akan terasa karena udaranya sejuk dan air sungainya jernih. Walaupun hanya selemparan batu dari pantai, Serui menyimpan air tawar yang berlimpah dengan air terjun indah.
Perjalanan semakin tak terlupakan jika dalam perjalanan menuju air terjun, Anda bertemu petani yang membawa durian. Para perempuan biasanya membawa durian yang jatuh di hutan. Serui terkenal dengan kualitas durian nomor satu di Papua. Sebagian besar durian yang dijual di Biak, berasal dari Serui.
"Mau durian susu atau durian mentega," begitu seorang Mamak (sebutan perempuan paruh baya asal Papua) menawarkan.
Cobalah dua jenis itu. Karena rasa keduanya tiada dua. Harganya pun hanya Rp10 ribu per butir. Jangan lupa, minum air menggunakan gelas dari kulit durian supaya tak mabuk. Maklum, kerap kita lupa sudah berapa butir durian yang dibuka saking lezat dan legitnya rasa durian di sana.
No comments:
Post a Comment